Monday, May 16, 2011

Malaikat Tuhan


Setiap orang pasti dilahirkan dari rahim seorang ibu. Ibu yang mempertaruhkan nyawanya demi kelahiran sang buah hati. Apalagi jika yang dilahirkan merupakan anak pertama. Nggak kebayang gimana perasaan mamaku saat itu. Perjuangan selama 9 bulan nggak sia-sia melihatku yang lahir dengan selamat dan tanpa cacat. Waktu kecil, aku sangat dekat sama mama. Mama pernah ke Jakarta beberapa hari untuk urusan kerja. Karena aku nggak biasa ditinggal beliau, aku sakit. Aku sembuh baru ketika mama pulang.


Dulu mamaku wanita karir, kerja kantoran. Tapi karena suatu hal, mama keluar kerja. Dan hingga sekarang jadi ibu rumah tangga. Aku lebih suka mama di rumah. Aku yang sekarang duduk di kelas XI masih saja dijemputnya ketika pulang sekolah. Dalam perjalanan, aku bisa bercerita hal apa saja yang kualami di sekolah. Banyak teman-temanku yang mempunyai seorang ibu wanita karir. Terkadang mereka sebal karena nggak ada waktu yang cukup untuk bersua dengan mamanya. Aku merasa beruntung. Mungkin memang inilah jalan terbaik yang diberikan Allah.


Meskipun aku cukup dekat dengan mama, masalah tetap pernah singgah di antara kita. Perbedaan pendapatlah yang paling sering. Dulu, jaman aku masih SMP, nggak ada seharipun tanpa tengkar sama mama. Masalah cowok, hape, bahkan masalah kecil pun diperdebatin. aku sempet ngerasa mama itu musuh aku.


Aku cerita ke orang yang udah aku anggap kakak. Dia bilang, “Terserah kamu mau ngomong apa dek. Aku cuma mau ngasih tau kalo seorang ibu tuh terlalu berharga buat dijahatin. Kamu gak pernah tau apa aja yg mamamu kerjain buat kamu sampe skrg ini. Jgn liat apa yg mamamu kasihin buat km. Tapi apa yg km kasih buat mamamu.”


PLAK!! Aku berasa ketampar. Aku nangis saat itu. Tapi belum ada keberanian buat natap matanya, apalagi buat minta maaf. Emang pengecut kok. Kalian pasti juga pernah ada di posisiku. Itu semua melebur seiring berjalannya waktu. Hubunganku dengan mama membaik lagi.


Tahun 2009 pertama kali aku dapet hape yang berfasilitas cukup bagus. Aku bisa seharian pegang hape tanpa makan *lebay. Saat itu juga aku punya temen dekat cowok. Mama marah sama aku. Entah karena apa. Mungkin juga karena aku yang keterlaluan. Tapi, aku juga merasa nggak terima dimarahin. Aku merasa udah gedhe, dewasa, dan nggak butuh omongan orangtua.


Puncak kemarahan mama, aku disuruh milih. Pilih mama atau cowok itu. Aku nggak nyangka mama ngomong kayak gitu. Hidup itu pilihan, dan aku pilih mama. Tapi ternyata nggak gampang lupain seseorang. Butuh waktu yang panjang. Aku butuh setengah tahun buat lupa sama cowok itu. Dan selama selang waktu setengah tahun, aku diem-diem masih sms-an sama dia, dan mama nggak tahu itu. Tapi aku ditantang sama mama. Untuk mendapat nilai akhir yang baik. Aku terima tantangan mama.


Mulai saat itu aku sadar. Aku sadar aku sebentar lagi lulus dan cari SMA. Aku nggak mau sia-siain apa yang orangtuaku kasih selama ini. Setidaknya, aku bisa membanggakan mereka. Perjuanganku bisa dibilang cukup keras. Namun, perjuangan mamaku lah yang justru harus dibilang keras. Nggak kenal cuaca, mama nganter aku kemana aja. Les, try out sana-sini, dan perjuangan beliau, serta ayahku juga, yang mencari uang untuk membiayaiku sekolah. Aku berpikir, gimana perasaan mereka jika aku nggak memberikan yang terbaik untuk mereka. Pasti sangat sedih. Dan aku nggak mau semua itu terjadi. Karena, aku hidup di dunia ini dengan mereka, dan tujuanku hidup untuk berbakti kepada mereka juga. Aku terus berusaha untuk tidak jadi anak yang durhaka. Semurka-murkanya mereka, aku tahu mereka berbuat yang terbaik untuk aku.


Tahun depan, aku menempuh UN lagi, tapi tingkat SMA. Aku janji akan memberikan yang terbaik untuk mereka, terutama mama. Banyak orang bilang surga ada di telapak kaki ibu. Buat apa kita hidup jika tak berbakti kepada orang tua?


Jujur, aku prihatin sama anak-anak jaman sekarang yang kebanyakan suka membangkang. Apa dasar mereka? Mungkin, mereka kecewa dengan sikap mamanya. Aku juga pernah kok kayak gitu. Tapi toh semua ibu ingin yag terbaik buat anaknya. Ada beberapa bait dari sebuah lagu yang membuatku merinding ketika mendengarnya. Lagu itu dinyanyikan oleh Melly Goeslaw dengan judul Bunda.


Tangisan nakal dari bibirku

Takkan jadi deritanya


dan


Oh bunda ada dan tiada dirimu

Kan slalu ada di dalam hatiku


Mama, lewat tulisan ini aku mau mama tahu. Aku sayang mama, apapun keadaannya. Mama inspirasiku. Mama cahaya hidupku. Mama segala-galanya buatku.


Untuk para ibu di seluruh dunia, anakmu ini sangat mencintai dan menghargaimu, di dunia maupun akhirat.







18052011 20.11

No comments:

Post a Comment