Monday, May 9, 2011

They Called Chendolz

Tiga tahun. Bukan waktu yang sebentar untuk menjalin suatu hubungan. Pertemanan, kekerabatan, dan persaudaraan.


Bulan juli tahun 2007, tiga-puluh-delapan anak dari berbagai kelas MOS dipertemukan pada satu kelas di dekat lapangan depan. Mungkin mereka hanya mengenal anak-anak yang satu MOS dengan mereka atau satu SD dengan mereka. Setelah tiga hari MOS penyiksaan, mereka semua mengalami penyiksaan kembali oleh seminggu penuh panas-panasan yang sering disebut labasis. Latihan seminggu penuh letih ternyata tak membuahkan hasil. Kelas itu tidak memenangkannya. Okelah nggakpapa baru perlombaan pertama.

Pemilihan ketua kelas. Event yang dulu paling menyenangkan. Karena ketidaksetujuan warga kelas terhadap ketua kelas yang terpilih dianggap SOK, semua warganya protes dengan membuat surat pernyataan beserta tanda tangan persetujuan.

Berkat semua itu, kita semakin kompak dalam hal apa saja. Dan para mantan ketua kelas kita maupun sang ketua kelas adalah orang yang bijaksana. Yang menjadikan kita seperti ini. Begitu juga Pak Bambang, Bu Triagus, dan Miss Madya. Tanpa mereka CHENDOLZ nggak akan ada sampai seperti ini. Semester satu berakhir. Di semester kedua kita udah kayak satu keluarga. Udah mulai pertemanan yang cukup dekat. Meskipun nggak sedikit juga yang mengalami konflik.

Di kelas 8, kita semakin akrab satu sama lain. Mungkin disini ada diskriminasi buat seseorang. Sebenarnya buat apa gitu mendiskriminasi dia? Mungkin benci sama sikapnya iya, tapi kenapa kita harus benci sama anaknya? Peraturan kelas menetapkan duduk sebangku cowok-cewek. Kadang milih sendiri, kadang diundi. Keberuntungan bagi mereka yang tidak duduk sebangku dengan anak yang didiskriminasi. Namun, nightmare bagi mereka yang dapat BIGPRIZE tersebut.

Hanya segelintir orang saja yang tak begitu peduli pada kediskriminasian itu, dan merasa kasihan pada anak tersebut. Tapi lama-kelamaan sikap itu hilang ditelan waktu. Kekerabatan dan persaudaraan yang menutupi itu semua :)

Pada tahun terakhir itulah semuanya berubah. Keakraban, tidak ada diskriminasi, kenyamanan sesama warga kelas, kedisiplinan, dan yang paling penting hubungan persaudaraan telah terjalin di tahun ketiga saat itu. Semua berharap hubungan ini takkan pernah pudar. Tak pernah putus. Dan akan terjalin hingga kita kakek-nenek. Studytour keraton, widegame, kemah di prambanan, vespa 07, classmeeting, mural, buber, baksos, trapped to prambanan, pawitikra revolution #1, peace 4 pawitikra. Semua itu kita lakuin bareng-bareng.

UAN. Inget kan? Yang membawa kita seperti sekarang. Memang, itu yang memisahkan kita. Tapi UAN juga yang bikin kita deket sampe kayak gini. Kita sekarang udah sama-sama SMA. Udah sama-sama dewasa. Dan aku nggak ingin itu semua berakhir. I love you, all my chendolz.



No comments:

Post a Comment